TIGA PINTU KEBAJIKAN NASEHAT PENYULUH PERIKANAN
Tuesday, February 27, 2018
Add Comment
TIGA PINTU KEBAJIKAN NASEHAT PENYULUH PERIKANAN - Seorang Raja, mempunyai anak tunggal yg pemberani,
terampil dan pintar. Untuk menyempurnakan pengetahuannya, ia mengirimnya kepada
seorang pertapa bijaksana.
"Berikanlah pencerahan
padaku tentang Jalan Hidupku" Sang Pangeran meminta.
"Kata-kataku akan
memudar laksana jejak kakimu di atas pasir", ujar Pertapa.
"Saya akan
berikan petunjuk padamu, di Jalan Hidupmu engkau akan menemui 3 pintu. Bacalah
kata-kata yang tertulis di setiap pintu dan ikuti kata hatimu."
Sekarang pergilah sang
Pertapa menghilang dan Pangeran melanjutkan perjalanannya. Segera ia menemukan
sebuah pintu besar yang di atasnya tertulis kata "UBAHLAH DUNIA"
"Ini memang yang
kuinginkan" pikir sang Pangeran. "Karena di dunia ini ada hal-hal
yang aku sukai dan ada pula hal-hal yang tak kusukai. Aku akan mengubahnya agar
sesuai keinginanku"
Maka mulailah ia
memulai pertarungannya yang pertama, yaitu mengubah dunia. Ambisi, cita-cita
dan kekuatannya membantunya dalam usaha menaklukkan dunia agar sesuai
hasratnya. Ia mendapatkan banyak kesenangan dalam usahanya tetapi hatinya tidak
merasa damai. Walau sebagian berhasil diubahnya tetapi sebagian lainnya
menentangnya.
Tahun demi tahun
berlalu. Suatu hari, ia bertemu sang Pertapa kembali.
"Apa yang engkau
pelajari dari Jalanmu ?" Tanya sang Pertapa
"Aku belajar
bagaimana membedakan apa yang dapat klakukan dengan kekuatanku dan apa yang di
luar kemampuanku, apa yang tergantung padaku dan apa yang tidak tergantung
padaku" jawab Pangeran
"Bagus! Gunakan
kekuatanmu sesuai kemampuanmu. Lupakan apa yang diluar kekuatanmu, apa yang
engkau tak sanggup mengubahnya" dan sang Pertapa menghilang.
Tak lama kemudian,
sang Pangeran tiba di Pintu kedua yang bertuliskan "UBAHLAH SESAMAMU"
"Ini memang
keinginanku" pikirnya. "Orang-orang di sekitarku adalah sumber
kesenangan, kebahagiaan, tetapi mereka juga yang mendatangkan derita, kepahitan
dan frustrasi"
Dan kemudian ia
mencoba mengubah semua orang yang tak disukainya. Ia mencoba mengubah karakter
mereka dan menghilangkan kelemahan mereka. Ini menjadi pertarungannya yang
kedua.
Tahun-tahun berlalu,
kembali ia bertemu sang Pertapa.
"Apa yang engkau
pelajari kali ini?"
"Saya belajar,
bahwa mereka bukanlah sumber dari kegembiraan atau kedukaanku, keberhasilan
atau kegagalanku. Mereka hanya memberikan kesempatan agar hal-hal tersebut
dapat muncul. Sebenarnya di dalam dirikulah segala hal tersebut berakar"
"Engkau
benar" Kata sang Pertapa. "Apa yang mereka bangkitkan dari dirimu,
sebenarnya mereka mengenalkan engkau pada dirimu sendiri.
Bersyukurlah pada
mereka yang telah membuatmu senang & bahagia dan bersyukur pula pada mereka
yang menyebabkan derita dan frustrasi.
Karena melalui mereka
lah, Kehidupan mengajarkanmu apa yang perlu engkau kuasai dan jalan apa yang
harus kau tempuh"
Kembali sang Pertapa
menghilang.
Kini Pangeran sampai
ke pintu ketiga "UBAHLAH DIRIMU"
"Jika memang
diriku sendiri lah sumber dari segala problemku, memang disanalah aku harus
mengubahnya". Ia berkata pada dirinya sendiri.
Dan ia memulai
pertarungannya yang ketiga. Ia mencoba mengubah karakternya sendiri, melawan
ketidak sempurnaannya, menghilangkan kelemahannya, mengubah segala hal yg tak
ia sukai dari dirinya, yang tak sesuai dengan gambaran ideal.
Setelah beberapa tahun
berusaha, dimana sebagian ia berhasil dan sebagian lagi gagal dan ada hambatan,
Pangeran bertemu sang Pertapa kembali.
"Kini apa yang
engkau pelajari ?"
"Aku belajar
bahwa ada hal-hal di dalam diriku yang bisa ditingkatkan dan ada yang tidak
bisa saya ubah"
"Itu bagus"
ujar sang pertapa. "Ya" lanjut Pangeran, "tapi saya mulai lelah
untuk bertarung melawan dunia, melawan setiap orang dan melawan diri sendiri.
Tidakkah ada akhir dari semuai ini ? Kapan saya bisa tenang ? Saya ingin
berhenti bertarung, ingin menyerah, ingin meninggalkan semua ini !"
"Itu adalah
pelajaranmu berikutnya" ujar Pertapa. Tapi sebelum itu, balikkan
punggungmu dan lihatlah Jalan yang telah engkau tempuh". Dan ia pun
menghilang.
Ketika melihat ke
belakang, ia memandang Pintu Ketiga dari kejauhan dan melihat adanya tulisan di
bagian belakangnya yang berbunyi "TERIMALAH DIRIMU".
Pangeran terkejut
karena tidak melihat tulisan ini ketika melalui pintu tsb.
"Ketika seorang
mulai bertarung, maka ia mulai menjadi buta" katanya pada dirinya sendiri.
Ia juga melihat,
bertebaran di atas tanah, semua yang ia campakkan, kekurangannya, bayangannya,
ketakutannya. Ia mulai menyadari bagaimana mengenali mereka, menerimanya dan
mencintainya apa adanya.
Ia belajar mencintai
dirinya sendiri dan tidak lagi membandingkan dirinya dengan orang lain, tanpa
mengadili, tanpa mencerca dirinya sendiri.
Ia bertemu sang
Pertapa, dan berkata "Aku belajar, bahwa membenci dan menolak sebagian
dari diriku sendiri sama saja dengan mengutuk untuk tidak pernah berdamai
dengan diri sendiri. Aku belajar untuk menerima diriku seutuhnya, secara total
dan tanpa syarat."
"Bagus, itu
adalah Pintu Pertama Kebijaksanaan" , ujar Pertapa. "Sekarang engkau
boleh kembali ke Pintu Kedua"
Segera ia mencapai
Pintu Kedua, yang tertulis di sisi belakangnya "TERIMALAH SESAMAMU"
Ia bisa melihat
orang-orang di sekitarnya, mereka yang ia suka dan cintai, serta mereka yang ia
benci. Mereka yang mendukungnya, juga mereka yang melawannya.
Tetapi yang
mengherankannya, ia tidak lagi bisa melihat ketidaksempurnaan mereka,
kekurangan mereka. Apa yang sebelumnya membuat ia malu dan berusaha
mengubahnya.
Ia bertemu sang
Pertapa kembali, "Aku belajar" ujarnya "Bahwa dengan berdamai
dengan diriku, aku tak punya sesuatupun untuk dipersalahkan pada orang lain,
tak sesuatupun yg perlu ditakutkan dari merela. Aku belajar untuk menerima dan
mencintai mereka, apa adanya.
"Itu adalah Pintu
Kedua Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa,
"Sekarang
pergilah ke Pintu Pertama"
Dan di belakang Pintu
Pertama, ia melihat tulisan "TERIMALAH DUNIA"
"Sungguh
aneh" ujarnya pada dirinya sendiri "Mengapa saya tidak melihatnya
sebelumnya". Ia melihat sekitarnya dan mengenali dunia yang sebelumnya
berusaha ia taklukan dan ia ubah.
Sekarang ia terpesona
dengan betapa cerah dan indahnya dunia. Dengan kesempurnaannya.
Tetapi, ini adalah
dunia yang sama, apakah memang dunia yang berubah atau cara pandangnya?
Kembali ia bertemu
dengan sang Pertapa : "Apa yang engkau pelajari sekarang ?"
"Aku belajar
bahwa dunia sebenarnya adalah cermin dari jiwaku. Bahwa Jiwaku tidak melihat
dunia melainkan melihat dirinya sendiri di dalam dunia. Ketika jiwaku senang,
maka dunia pun menjadi tempat yang menyenangkan. Ketika jiwaku muram, maka
dunia pun kelihatannya muram.
Dunia sendiri tidaklah
menyenangkan atau muram. Ia ADA, itu saja.
Bukanlah dunia yang
membuatku terganggu, melainkan ide yang aku lihat mengenainya. Aku belajar
untuk menerimanya tanpa menghakimi, menerima seutuhnya, tanpa syarat.
"Itu Pintu Ketiga
Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa. "Sekarang engkau berdamai dengan
dirimu, sesamamu dan dunia" Sang pertapa pun menghilang.
Sang pangeran
merasakan aliran yang menyejukkan dari kedamaian, ketentraman, yang berlimpah
merasuki dirinya. Ia merasa hening dan dama
Rustadi
0 Response to "TIGA PINTU KEBAJIKAN NASEHAT PENYULUH PERIKANAN"
Post a Comment